Kamis, 28 April 2016

Bisnis Rumahan Rempeyek Beromzet Ratusan Juta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRYMhy9qOqg2Aj2aFYWbaf6Kdl3jYYntA435UuFXDgw6mKq2Gm9Jirydknn1OYQCTfUQdtcqq-Mh-Yi3e4JDhF8T5p6PmCnL5wAItdNbHMBFbLViQp46qCkxL03OYsMbIId73PZ1U-lY8/s1600/download+(19).jpg
Rempeyek

Bisnis Rumahan kerap kali di anggap sebagai usaha kecil yang tidak akan menjadikan orang kaya. Di dalam pikiran orang kebanyakan, bisnis yang besar berarti bisnis yang menyewa tempat dengan kios atau gedung yang besar. Sementara usaha rumahan, tak jarang hanya sebagai usaha sampingan yang di sepelekan sehingga biasanya hasilnya kurang menguntungkan.  Padahal, entah apapun jenis peluang usahanya, jika di manage dengan baik, maka tidak ada yang tidak mungkin terlebih untuk mendapatkan hasil yang melimpah.

Bisnis rumahan yang ingin saya angkat sekarang adalah bisnis kuliner rempeyek. Rempeyek merupakan makanan ringan khas Indonesia yang biasanya terbuat dari tepung yang ditaburi dengan kacan tanah atau kedelai. Seiring dengan banyaknya inovasi, kedelai kemudian memiliki variasi yang beragam mulai dari repeyek jamur, rempeyek ikan, hingga rempeyek asin yang diberi taburan ikan teri atau ikan asin. Ternyata, usaha rempeyek bisa menghasilkan omzet hingga ratusan juta rupiah. Tidak percaya? Yuk baca artikel.

Sudarto, seorang warga Bantul yogyakarta tentu sangat kecewa ketika dirinya di PHK karena krisis moneter yang terjadi pada satu dekade silam. Namun, sepahit apapun yang dialami, kehidupan tetap harus berjalan dan ia harus tetap mengais rejeki untuk menghidupi keluarganya.

Sudarto yang lahir pada 47 tahun silam, kemudian mencoba untuk bangkit dari PHk yang dilakukan oleh PT Panasonic Global karena terjadi defisit anggaran. Ia kemudian menemukan satu ide bisnis yang bagi sebagian orang mungkin di anggap sepele namun Sudarto tetap yakin bahwa usahanya akan sukses. Ia kemudian menjalankan bisnis rumahan pembuatan rempeyek. 

Di desanya, memang telah banyak para pengrajin rempeyek yang sudah sukses seperti Kustinah, seorang mantan buruh yang kemudian menjadi jutawan karena usaha rempeyek yang di jalaninya. Kisah Ibu Kustinah telah saya angkat dalam satu artikel khusus di sini. Kembali ke Pak Sudarto, Setelah melakukan survey kecil - kecilan, ia memberanikan diri untuk membuka usaha rempeyek di rumahnya. Dengan bekal modal seadanya, ia kemudian menjalankan bisnis rumahanya bersama sahabatnya.

Setelah usahanya berjalan sekian tahun, Bisnis rumahan rempeyeknya menjadi berkembang pesat karena produk yang di hasilkan sangat di gemari di kota - kota besar seperti Jakarta, Bandung bahkan hingga merambah di Kalimantan. Dalam sehari, ia bisa menjual hingga satu ton rempeyek dengan total 3000 - 4000 bungkus seharga Rp. 2.500,- / bungkus yang ia kirim ke Jakarta dan kota lainnya.

halangan pasti datang, Gempa yang terjadi di Yogyakarta pada 2006 silam hampir membuat usaha rumahan Sudarto goyah. Namun, pengalaman bisnis Sudarto rupanya telah terasah dan justru menjadikan peristiwa gempa sebagai ajang promosi mengingat banyaknya para relawan yang berasal dari berbagai kota datang ke Yogyakarta. Di situlah Sudarto kemudian mengenalkan produknya kepada para relawan.

Bisnis rumahannya kini semakin di kenal sehingga tidak heran jika usahanya kian maju. Ia kini memiliki Omzet usaha lebih dari Rp. 300 juta / bulan dan memperkerjakan 36 karyawan yang ia gaji dengan sistem borongan. Bagi Sudarto, kesuksesannya adalah hasil dari semangat pantang menyerah. PHK bukanlah kematian bagi sesorang, baginya, setiap musibah merupakan awal dari kehidupan baru yang apabila dapat di sikapi dengan baik maka akan menjadikan kita lebih dewasa, lebuh kuat dan lebih maju.

Semoga artikel kisas sukses bisnis rumahan rempeyek ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Dan jangan lupa, terus kunjungi blog sumber ide bisnis ini agar anda mendapatkan berbagai informasi mengenai perkembangan bisnis khususnya usaha kecil menengah.

Sumber http://www.usaharumahan19.com/

Rabu, 27 April 2016

Menteri Desa Siapkan Tim Blusukan Nusantara

http://berita.beritajatim.com/brt740568695.jpg
Jelajah Desa

Jakarta (beritajatim.com) Sebagai bagian dari program utama pemerintah, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) akan mensosialisasikan Dana Desa (DD) bagi masyarakat desa melalui program “Jelajah Desa Nusantara 2016”.

“Mulai hari ini, Jelajah Desa Nusantara (JDN) akan berkeliling ke tiga pulau di Indonesia, yaitu Pulau Sulawesi, Jawa, dan Sumatera. Kami akan mendatangi sejumlah desa yang kami lewati dan singgah untuk berdialog dengan masyarakat tentang Dana Desa,” ujar Sekretaris Jenderal Kemendesa PDTT, Anwar Sanusi, di Jakarta, Rabu (27/4).

Tim JDN akan berkeliling ke sejumlah desa di tiga pulau tersebut secara simultan. Perjalanan akan dimulai pada tanggal 27 April 2016. Etape Pertama akan dimulai di Pulau Sulawesi. Empat provinsi dan 13 kabupaten akan dikunjungi Tim JDN. Daerah yang akan dikunjungi adalah Makassar, Polewali Mandar, Donggala, Toli-toli, dan Gorontalo Utara. Pulau Ponelo di Gorontalo Utara akan menjadi garis akhir etape pertama ini. 

Untuk etape kedua, Tim JDN akan melalui tiga provinsi dan 25 kabupaten di Pulau Jawa. Rute yang ditempuh dimulai dari Jakarta dan akan melalui diantaranya desa-desa di Cirebon, Magelang, Trenggalek, dan berakhir di Situbondo. Sementara Pulau Sumatera akan menjadi etape ketiga. Tim JDN akan melalui enam provinsi dan 16 kabupaten melalui jalur lintas timur. Lokasi yang akan dikunjungi diantaranya adalah Ogan Komering Ilir, Muaro Jambi, Rokan Hulu, Kampar, dan Samosir. 

“Total kami akan menempuh 6.872 kilometer. Melalui JDN ini, kami ingin mengajak seluruh elemen di desa untuk mengawasi penyaluran dan penggunaan dana desa. Dana Desa harus digunakan secara tepat untuk pembangunan desanya masing-masing,” lanjut Anwar.

Selain sosialisasi DD melalui dialog, kegiatan JDN juga akan diisi dengan aksi nyata membangun infrastruktur desa. Untuk mewujudkan aksi nyata Desa Membangun Indonesia, Kemendesa PDTT juga akan menggandeng mitra kerja BUMN, diantaranya adalah BNI, BTN, dan Pegadaian. 

Sebagai hiburan masyarakat, Tim JDN juga akan menggelar layar tancep yang dapat disaksikan seluruh warga desa. Seluruh kegiatan tersebut akan mengedepankan prinsip Government, Movement, and Culture. 

Dana Desa (DD) 2016 dialokasikan sebesar Rp 46,9 triliun dari APBN. Jumlah tersebut akan disalurkan ke 74.754 desa dalam dua tahap. Tahap pertama disalurkan oleh Kementerian Keuangan sebesar 60% mulai Maret lalu. Sementara tahap kedua disalurkan sebesar 40% pada bulan Agustus mendatang. Prioritas penggunaan DD telah ditetapkan oleh Kemendesa PDTT melalui Peraturan Menteri Desa (Permendes) Nomor 21/ 2015, yakni untuk pembangunan infrastruktur desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Minggu, 24 April 2016

Sinergikan UU KIP dan UU Desa KIP, Jatim Luncurkan P-SLIP Desa

http://kip.jatimprov.go.id/uploads/Penyerahan_Buku_Pedoman_SLIP_Desa_kepada_peserta.JPG
Peluncuran Buku
Komisi Informasi Provinsi (KIP) Jawa Timur meluncurkan buku Pedoman Standar Layanan Informasi untuk Pemerintahan Desa (PSLIP-Desa), Rabu, 20 April 2016. Launching atau peluncuran buku PSLIP Desa itu, secara resmi dilakukan di aula kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur. Kety Tri Setyorini, ketua KIP Jatim mengatakan, buku ini merupakan insiatif KIP Jatim untuk mensinergikan Undang Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dengan Undang Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa). "Ada semangat dan tujuan yang sama kedua undang undang itu dalam hal mendorong partisipasi publik, mewujudkan transparansi demi akuntabilitas pemerintahan desa,"kata Ketty.

Buku itu terdiri dari empat (4) bab yang disusun dalam 70 halaman. Isinya, merupakan panduan bagi aparat pemerintahan desa dalam pengelolaan dan pelayanan informasi publik kepada masyarakat, berdasarkan mandat UU KIP dan UU Desa. "Dan sampai saat ini, buku ini adalah buku pertama tentang sinergi UU KIP dan UU Desa di Indonesia, yang diterbitkan oleh Komisi informasi,"kata dia menambahkan.

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo dalam sambutannya mengatakan,bagi pemerintah provinsi Jawa Timur yang memiliki 7.723 desa yang tersebar di 38 kabupaten/kota, kehadiran buku PSLIP Desa sangat bermanfaat untuk menjadi acuan bagi aparat pemerintahan desa dalam pengelolaan dan pelayanan informasi publik, demi mendorong terciptanya pelayanan publik yang lebh baik di tingkat desa. "Buku ini adalah terobosan, yang memperkuat sinergi UU KIP dan UU Desa dalam mengawal amanat desentralisasi pemerintahan demi kesejahteraan masyarakat desa,"kata Soekarwo.

Sebagai panduan bagi aparatur pemerintahan desa, buku PSLIP Desa itu juga disusun dengan bahasa yang sederhana dan dilengkapi dengan gambar-gambar. Setiap bab dan sub bab, dalam buku tersebut selalu dimulai dengan pertanyaan, seperti pada bab 1 ; Mengapa Pemerintah Desa Harus Terbuka ?. "Tujuannya agar lebih mudah dipahami sekaligus diterapkan oleh aparat pemerintahan desa,"ujar Mahbub Junaidi, salah satu penyusun buku.

Setelah buku itu diluncurkan, kata Mahbub, KIP Jawa Timur akan segera melakukan serangkaian sosialisasi ke seluruh desa yang tersebar di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Untuk itu, kata dia, KIP Jatim akan melakukan kerjasama dengan lembaga terkait seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Biro Pemerintahan provinsi Jawa Timur, DPRD Jawa Timur, Badan Pendidikan dan Pelatihan (Bandiklat), Jawa Timur, Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bappemas) Jawa Timur, Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Timur, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Provinsi Jawa Timur, PPID Kabupaten/kota, Perguruan Tinggi serta organisasi non pemerintah (NGO). "Kami berharap, buku PSLIP Desa dan modul-modul pelatihannya, bisa tersosialisasi secara luas, dan bermanfaat tidak hanya bagi desa-desa di Jawa Timur tapi juga di provinsi lain di Indonesia,"kata Mahbub.

Buku Pedoman SLIP Desa bisa buka disini

Sumber http://kip.jatimprov.go.id/