Selasa, 09 Mei 2023

Makna Filosofi Nasi Tumpeng, Lambang Persatuan dan Kemakmuran Pada Hari Jadi Kabupaten Mojokerto Ke 730

www.kemlagi.desa.id - Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Mojokerto ke 730, Pemerintah Kabupaten Mojokerto mengadakan  rangkaian kegiatan dalam memperingati hari jadinya, salah satunya adalah Kenduri Tumpeng 730 yang dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto pada hari Senin, 8 Mei 2023.

Lalu makna filosofi dari tumpeng itu sendiri apa? Berikut ini kita sampaikan uraian tentang tumpeng yang merupakan warisan budaya bangsa kita terutama bagi masyarakat Jawa. 

Pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia menobatkan nasi tumpeng sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner Indonesia. 

Penyajian nasi tumpeng dalam nampan besar, bulat, dari anyaman bambu, nasi kerucut dengan aneka lauk pauk sebagai pelengkap. Identik dengan kebudayaan masyarakat Jawa ketika perayaan suatu peristiwa penting atau kenduri.

Tumpeng berasal dari sebuah singkatan ‘yen metu kudu mempeng’ yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ‘yen metu kudu mempeng’ berarti ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat.’ 

Tak heran jika nasi Tumpeng dari dulu hingga saat ini sering dijadikan hidangan dalam suatu perayaan yang memiliki makna ucapan syukur ataupun kebahagiaan. Sebab, makna tumpeng sendiri adalah baik, yakni ketika terlahir manusia harus menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan tidak mudah putus asa. 

Umumnya, proses pemotongan ujung kerucut nasi tumpeng diawali dengan menguraikan terlebih dahulu makna perayaan dari pemotongan tumpeng, berdoa ucapan syukur, selanjutnya nasi tumpeng dipotong dan diserahkan untuk orang yang dihormati sebagai wujud penghormatan, barulah setelah itu nasi tumpeng disantap bersama-sama. 

Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai kebersamaan dan kerukunan. 

Ternyata dalam penyajian nasi tumpeng biasanya dilengkapi dengan 7 macam lauk-pauk. 7 dalam bahasa Jawa berart pitu Angka pitu berarti pitulungan (pertolongan). 

Berikut makna dari 7 macam lauk-pauk yang biasa disajikan dalam tumpeng: 

1. Nasi Berbentuk Kerucut 

Nasi dibentuk menjadi bentukan kerucut dapat diartikan sebagai harapan agar hidup selalu sejahtera, melambangkan tangan merapat untuk selalu menyembah Tuhan, dan sebagai simbol pengharapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin sukses. 

Nasi yang digunakan biasanya nasi putih ataupun uduk. Warna putih berarti suci sehingga nasi tumpeng jenis ini kerap disajikan dalam upacara keagamaan. 

Sementara warna kuning melambangkan kesejahteraan, kekayaan, atau rezeki yang melimpah. 

2. Ayam 

Pemilihan ayam sebagai pelengkap tumpeng adalah ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental) yang menjadi simbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Dimana ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh” rasa). 

Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk ayam jago, antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri. 

3. Ikan 

Zaman dahulu ikan yang disajikan Ikan Lele. Ikan lele memiliki makna ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun. Karakter ikan lele sendiri adalah tahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai. 

Lauk lain yang disajikan adalah ikan teri. Ikan ini biasanya digoreng dengan atau tanpa tepung. Ikan teri selalu hidup bergerombol. Filosofi yang dapat diambil, sebagai contoh dari kebersamaan dan kerukunan. 

4. Telor Rebus 

Nasi tumpeng dilengkapi dengan telur rebus utuh. Telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi tidak dipotong sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. 

Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas.

Telur juga menjadi simbol jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.

5. Sayur Urap

Pelengkap lainnya adalah sayur urab. Sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan kelapa atau urap dan lain-lain. Seperti halnya pelengkap lainnya, sayur-sayuran ini juga mengandung simbol-simbol penting, antara lain: 
  1. Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung, 
  2. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem, 
  3. Taoge/cambah yang berarti tumbuh,
  4. Kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan, 
  5. Bawang merah melambangkan mempertimbangkan segala sesuatu dengan matang baik buruknya,
  6. Cabe merah diujung tumpeng merupakan symbol dilah/api yang memberikan penerangan/tauladan yang bermanfaat bagi orang lain, 
  7. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai kelebihan dibanding lainnya, dan 
  8. Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga. 
Dikabarkan oleh Tim Pengelola Informasi Desa Kemlagi