Jumat, 23 September 2016

Jaga Lingkungan untuk Cegah Malaria

http://i1.wp.com/infoimunisasi.com/wp-content/uploads/2016/09/Malaria.jpg?w=630
ilustrasi
Pada April 2016, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila F. Moeloek, memberikan pernyataan yang meminta masyarakat untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari serangan penyakit malaria. Hal ini diungkapkannya pada acara peringatan Hari Malaris Sedunia tingkat nasional yang dipusatkan di Kabupaten Seluma, Bengkulu.

Menkes juga meminta para pemerintah daerah agar mengajak masyarakat untuk terus menjaga lingkungan. Seperti pada lahan pertambangan yang meninngalkan kubangan harus kembali menutupnya. Demikian pula ekosistem harus dijaga dengan baik, sehingga tidak menjadi tempat sarang nyamuk karena malaria sulit dilawan kalau lingkungan tidak terjaga baik

Upaya pengendalian malaria di Indonesia sudah dimulai lebih dari lima dasawarsa lalu. Upaya ini telah membuahkan hasil dimana angka kejadian malaria atau annual parasite incidence (API) secara nasional terus menurun hingga hanya 0,85 per 1.000 pada tahun 2015 yang tentu lebih rendah dari sebelumnya yang mana pada tahun 2011 kejadian malaria masih di angka 1,75.

Kemudian pada tahun 2016, Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Desak Made Wismarini mengatakan, lebih dari 80 persen kabupaten dan kota di Jawa, Bali, dan Sumatera Barat telah mencapai eliminisasi malaria. Ini berarti 74 persen penduduk Indonesia telah hidup di daerah bebas penularan malaria.

Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat global, termasuk Indonesia. Walaupun angka kejadiannya menurun, namun beberapa daerah di Indonesia masih endemis malaria, terutama di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT. Maka itu, masyarakat perlu memahami apa sesungguhnya penyakit malaria itu.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Malaria menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi oleh parasit. Malaria bahkan dapat mematikan jika tidak ditangani dengan tepat. Infeksi malaria dapat terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk. Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu orang ke orang lainnya. Contoh kondisi penularan penyakit ini adalah jika terjadi kontak dengan darah penderita atau janin dapat terinfeksi karena tertular dari darah ibunya.

Biasanya, geala malaria akan muncul sekitar satu sampai dua minggu setelah tubuh terinfeksi. Gejala yang biasanya terjadi adalah munculnya demam, berkeringat, menggigil atau kedinginan, muntah-muntah, sakit kepala, diare, dan nyeri otot. Jika seseorang telah mengamalmi gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera temui dokter untuk dilakukan diagnosis dan penangan secepatnya. Diagnosis malaria dapat dilakukan dengan mudah melalui tes darah yang sederhana.

Plasodium adalah jenis parasit yang menjadi penyebab malaria. Parasit ini hanya disebarkan melalui nyamuk Anopheles betina. Dua jenis parasit yang umum di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Gigitan nyamuk malaria lebih sering terjadi pada malam hari. Setelah terjadi gigitan, parasit akan masuk ke dalam aliran darah.

Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati. Begitu pula pada penyakit malaria yang dapat dicegah agar seseorang tidak terjangkit malaria, karena umumnya malaria bisa dihindari. Pemerintah mengupayakan pencegahan ini dengan melaksanakan tes darah missal dan memberika obat antimalaria secara gratis di daerah-daerah endemik malaria.

Upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan setiap orang adalah menghindari agar tidak tergigit nyamuk. Pencegahan dengan cara ini merupakan cara pencegahan paling utama agar tidak tertular malaria. Hal ini dapat dilakukan dengan memasang kelambu untuk menutupi ranjang, menyingkirkan genangan air, memakai lotion anti serangga, dan menggunakan pakaian atau selimut yang menutupi kulit tubuh. (NNS)

Sumber http://infoimunisasi.com/