Jumat, 04 September 2015

Mendagri : Desa sebagai Ujung Tombak Penyelenggaraan Pemerintahan

Mendagri - Tjahyo Kumolo
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengharapkan Desa dan Kelurahan menjadi ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan dalam menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Karena pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 “Inilah yang harus menjadi misi pemerintah, termasuk pemerintah desa dan kelurahan yang mempunyai peran strategis sebagai ujung tombak penyelenggaraan pemerintah,” pesan Mendagri pada acara Pembukaan Temu Karya Nasional dalam rangka penyelenggaraan evaluasi Pemerintahan Desa dan Kelurahan tahun 2015, di Hotel Mercure Ancol Convention, Jakarta (14/8).

Mendagri berharap, dengan disahkannya UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dapat menjawab berbagai permasalahan di desa yang multi aspek serta sosial, budaya, dan ekonomi. “Inti dari UU Desa telah memuat substansi pengaturan desa, pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang akan menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi masyarakat desa,”ujurnya.

Mendagri menghimbau para pemimpin wilayah di semua tingkatan beserta para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menumbuhkan kemandirian dan semangat gotong royong. Karena aspek keswadayaan, kemandirian, dan kegotongroyongan merupakan factor kunci dalam proses pembangunan desa. “Tentunya bersama-sama dengan pemerintah desa dan kelurahan yang didukung penuh oleh pemerintah daerah,” kata orang nomor satu di Kemendagri ini.

Mendagri menambahkan, esensi gotong royong harus dapat dirasakan nilai manfaatnya oleh masyarakat. Untuk itu, sudah semestinya masyarakat tidak  dipandang sekedar sebagai objek belaka, tapi harus dilibatkan sebagai pelaku pembangunan. “Mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, sampai dengan tahap tindak lanjutnya,” tandas Mendagri.

Lebih lanjut, Mendagri meminta agar semua pihak tidak segan atau malu untuk belajar dari pengalaman para kepala desa, lurah, dan Tim Penggerak PKK teladan di tingkat provinsi tersebut. Semua pihak, kata Mendagri, harus berorientasi maju dan mau membuka diri apabila ada pihak yang ingin belajar dan menimba ilmu atas prestasi yang telah diraih. “Namun, juga jangan menolak kemungkinan kritik, saran, dan masukan, agar prestasi terus dapat dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan,” ujar Mendagri.

Dalam kesempatan itu, Mendagri menceritakan bahwa desa dan kelurahan yang memperoleh predikat teladan  memiliki kondisi wilayah yang beragam. Tidak semua desa dan kelurahan berasal dari daerah maju atau berkembang. Bahkan ada desa yang berasal dari daerah terisolir/terpencil. Namun, kata Mendagri, dengan kepemimpinan dan keteladanan para kepala desa dan lurah, dibarengi dengan harmoni kerjasama yang serasi dengan seluruh lapisan masyarakat, perubahan wajah desa dapat diwujudkan. “Ini dibuktikan adanya tata kelola pemerintahan yang efektif, pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, serta berlangsungnya pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat yang optimal,” lanjut Mendagri.

Temu Karya Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa (Dirjen Bina Pemdes) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) kali ini mengambil tema “Gerak Nasional Ayo Kerja 70 Tahun Indonesia Merdeka”. Dalam forum tersebut dihadirkan para Kepala Desa, lurah, dan Tim Penggerak PKK Kelurahan/Desa teladan daring masing-masing Provinsi se-Indonesia.

Dorong Kreativitas Kepala Desa

Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa (Dirjen Bina Pemdes), Nata Irawan, SH, M.Si mengungkapkan, tujuan dari Temu Karya Nasional ini adalah untuk mendorong motivasi dan kreativitas kepala desa dan lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Selain itu, kata Dirjen Bina Pemdes, event ini untuk mendorong terbukanya alur komunikasi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan antar peserta. “Juga untuk menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan, dalam rangka menjalin dan mempererat persatuan dan kesatuan nasional,” ujur Nata Irawan.

Nata Irawan mengungkapkan bahwa peserta temu karya ini merupakan juara I perlombaan desa dan kelurahan tingkat Provinsi Tahun 2015, yang terdiri dari 33 Kepala Desa dan  33 Lurah. Untuk proses penilaian sendiri telah dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari tingkat kecamatan, Kabupaten/Kota, hingga Provinsi.

Kamis, 03 September 2015

Inilah Desa Paling Juara di Sulawesi Tenggara


Suasana Desa Wabula
Buton - Saat liburan ke Buton, cobalah mampir ke Desa Wabula. Desa di pesisir pantai ini tampak cantik dan asyik untuk dijelajahi. Desa Wabula bahkan dinobatkan sebagai juara I lomba desa tingkat provinsi di Sulawesi Tenggara.


"1.800 desa di Sulawesi Tenggara, ini juara 1 tahun 2015. Masyarakatnya kompak," ujar Ahmat Emi, Camat Wabula ketika ditemui di Desa Wabula pekan lalu.



Desa Wabula berada di Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Dalam lomba lomba desa tingkat Provinsi Sultra yang diadakan tahun ini, Desa Wabula menjadi juara pertama, mengalahkan lebih dari seribu desa lainnya di provinsi itu.



Penilaiannya diambil dari berbagai aspek. Menurut Ahmat, salah satu faktor yang menunjang kemenangan Desa Wabula adalah kebersihan. Ada sebuah aturan yang mengharuskan warga untuk tertib membuang sampah di tempatnya, tidak boleh sembarangan.



"Kebersihan itu faktor utama. Siapa yang buang kotoran di denda Rp 50 ribu," kata Ahmat.



Pria ini menjelaskan bahwa aturan itu sudah tercatat dalam Peraturan Desa Wabula. Aturan itu muncul sebagai hasil dari musyawarah warga Wabula. Jadi memang atas dasar kemauan bersama, bukan cuma perintah dari pejabat desa.



Jika ada sampah rumah tangga yang sudah tertumpuk, biasanya akan dibakar. Bukan dibuang ke laut yang jaraknya sangat dekat dengan desa. Tindakan ini dilakukan agar laut tidak tercemar dengan sampah.



"Sampahnya dibakar di belakang rumah atau di samping, dibuang di ujung kampung. Kalau ke laut kotor lagi," kata salah seorang warga bernama Hidayanti.



Nah, bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Wabula, banyak hal menarik yang bisa dilihat selain wajah desa yang asri dan bersih. Anda bisa bersantai di pinggir pantai dan melihat wanita dari berbagai usia yang menenun dengan terampil, sejak siang hingga sore.



Setelah itu, Anda juga bisa jalan-jalan santai di sekitar desa yang tenang, dengan jalanan berlapiskan pasir putih lembut. Berfoto bareng warga desa di depan rumah panggung mereka pun bisa lho!

Rabu, 02 September 2015

Hindari Konflik, Kampanye Pilkada Dibagi 3 Zona

ilustrasi

MAJA mojokerto | Untuk menghindari konflik antar pendukung, kampanye Pilkada Mojokerto dibagi dalam tiga zona. Zona 1 meliputi wilayah timur Mojokerto yang terdiri dari enam kecamatan, yakni Ngoro, Pungging, Mojosari, Kutorejo, Pacet, dan Trawas. Sedangkan zona 2 di wilayah selatan yang terdiri dari tujuh kecamatan yakni Trowulan, Puri, Jatirejo, Mojoanyar, Gondang, Sooko, dan Dlanggu. Kemudian Zona 3 ada di wilayah utara sungai, yakni Gedeg, Kemlagi, Jetis, dan Dawar Blandong.

”Pembagian tiga zona itu sesuai kesepakatan KPU dengan tim kampanye masing-masing cabup cawabup. Selain untuk menghindari konflik, pembagian zona itu juga untuk memaksimalkan pelaksanaan kampanye, agar masing-masing calon bisa berkampanye secara maksimal,” jelas Ahmad arif – komisioner KPU Kabupaten Mojokerto.

Jadwal kampanye pilkada semestinya dimulai tangga 27 Agustus kemarin. Tapi karena ada beberapa kendala, masing-masing calon baru memulainya hari ini (Selasa, 01/09)