Minggu, 09 Juni 2019

Keutamaan dan Tanggung Jawab Dzurriyah Nabi Muhammad SAW

Makam Pangeran Bulu/Mbah Suwahyu Jati (Cucu Sunan Giri)
lokasi Desa Jolotundo Kec.Jetis Kab.Mojokerto
Foto by Iwan Abdillah - Camat Jetis
 
www.kemlagi.desa.id - Beberapa waktu yang lalu, salah satu koran di Jawa Timur mempublikasikan tentang keturunan Sunan Giri yang ada didaerah Mojokerto.  Tentunnya keturunannya kalau kita tarik garis keatas, maka sampailah pada baginda Nabi Muhammad SAW. Untuk menambah pengetahuan kita  tentang hal tersebut, maka tidak ada salahnya jika mempelajari tentang dzurriyah Nabi Muhammad SAW.


Apa Itu Dzurriyah ?
Kata dzurriyah berasal dari kata kerja dzara artinya mencipta dan berarti juga membanyakan. Atau bisa jadi di ambil dari kata kerja dzara artinya terbang dan mencecer. Atau boleh bisa di ambil dari kata dzarara artinya anak-anak kecil.
Kata dzurriyah di pergunakan untuk arti anak-anak dan keturunan hingga hari kiamat,tidak terbatas hanya pada anak langsung.

Kekhususan Para Dzurriyah Nabi SAW

  1. KEKHUSUSAN YANG PERTAMA : Diharamkan menerima zakat atas mereka
  2. KEKHUSUSAN YANG KEDUA : Mereka adalah manusia termulia dari sisi nasab dan garis keturunannya
  3. KEKHUSUSAN YANG KETIGA : Bahwa garis keturunan, nasab mereka dengan rasulullah saw akan tetap bersambung dan bermanfaat di dunia dan di akhirat
  4. KEKHUSUSAN YANG KEEMPAT : Mereka sah di sebut putra-putri rasulullah saw
  5. KEKHUSUSAN YANG KELIMA : Bahwa memandang wajah dzurriyah nabi saw adalah ibadah
  6. KEKHUSUSAN YANG KEENAM : Bahwa mencintai dan menghormati mereka demi rasulullah saw adalah kewajiban setiap muslim
  7. KEKHUSUSAN YANG KETUJUH : Berbuat baik kepada mereka akan langsung di balas rasullah saw kelak di hari kiamat
  8. KEKHUSUSAN YANG KEDELAPAN: Bahwa mncintai mereka dapat memanjangkan umur dan memutihkan wajah kelak di hari kiamat
Dan mereka menyamai dengan rasullah dalam beberapa hal :

  1. dalam shalawat dalam tasyahud
  2. dalam salam
  3. dalam penyucian
  4. di haramkannya menerima zakat
  5. dalam kewajiban untuk di cintai
Salah Satu Keutamaan Rasul Berupa Keturunanya

Dengan kewafatannya Nabi Muhammad SAW maka kita beriman dengan ketetapan Allah SWT bahawa tiada lagi Nabi dan Rasul selepas baginda. Dalam lain perkataan, tiada lagi kesinambungan pembawa obor kemuliaan keluarga nubuwwah bertaraf Nabi dan Rasul selepas Rasulullah SAW. Justru timbul beberapa persoalan. Antaranya, adakah lagi rangkaian salasilah dari keturunan atau zuriat Nabi Muhammad SAW di kalangan umat manusia pada hari ini? Dan kalaupun ada, apakah masih ada lagi bibit-bibit kemuliaan pada keturunan baginda ?

Tidak ada alasan sama sekali untuk meragukan bahawa masih adanya zuriat atau apa yang Rasulullah SAW sebut sebagai ‘itrati’ (keturunanku) dizaman ini. Zuriat ini turut mewarisi kemuliaan dan keutamaan yang tersendiri pula. Bahkan ciri-ciri ini akan sentiasa kekal pada cucu-cicit baginda, Insya Allah sehingga datangnya Hari Kiamat. Fakta ini berdasarkan dalil Al-Quran dan Al-Hadist yang sahih.

Semasa baru bermulanya kedatangan Islam di bumi Mekah, Rasulullah SAW serta para sahabat baginda menghadapi berbagai ujian dalam bentuk cemoohan, siksaan dan boikot dari puak-puak musyrikin yang mahu mereka meninggalkan Agama Islam. Sedang baginda menghadapi tekanan yang begitu hebat dari semua arah, Abdullah, putera Nabi SAW wafat dalam usia yang masih kecil, dan ini begitu menghibakan hati Nabi.

Mendengar berita kewafatan putera Rasulullah SAW itu, puak-puak Quraysh berasa begitu gembira dan melaung-laungkan “Muhammad adalah orang abtar (lelaki yang bakal tidak berketurunan), Muhammad tidak mempunyai putera, lantaran itu dia tidak akan memperolehi anak cucunya lagi. Ini akan melenyapkan nama beliau setelah wafat nanti.” Berikutan dengan peristiwa itu, Allah SWT telah mewahyukan Surah Al-Kautsar: “ Sesungguhnya Kami telah anugerahkan kepadamu nikmat yang amat banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan sembelihlah (ternak kurban). Sungguhlah, orang yang membencimu itulah orang yang abtar (terputus keturunan).”

Ayat ini diwahyukan bagi menenangkan hati dan memantapkan tekad Rasulullah SAW dengan menegaskan bahawa anugerah rahmat Allah SWT yang tertinggi, adalah darjat nubuwwah (kerasulan) dan Rahmatun-Lil-‘Alameen (pembawa rahmat bagi sekelian alam). Firman Allah SWT dalam ayat di atas akhirnya terbukti dengan hakikat bahawa setelah lebih daripada 1,400 tahun, bukan sahaja terdapat berjuta-juta umat Islam yang kasih serta bangga menjadi umat Nabi Muhammad SAW, tetapi juga membuktikan keturunan Rasulullah SAW masih tetap berkembang biak di mana-mana pun di muka bumi ini.

Melalui cucu-cucu Rasulullah SAW, iaitu Al-Hassan dan Al-Hussein, zuriat baginda tetap diberi kesinambungan dan keutamaan oleh Allah SWT sehinggalah di penghujung zaman kelak dengan kemunculan Imamul Al- Mahdi yang juga bernasab dan berzuriat dari baginda sendiri. Sebuah Hadits Sahih riwayat Imam Ahmad bin Hambal menyebut : “Kutinggalkan di tengah kalian dua pusaka (peninggalan): Kitabullah sebagai tali terentang antara langit dan bumi, dan keturunanku…Ahli-Baitku. Sungguhlah keduaduanya itu tidak akan terpisah hingga kembali kepadaku di Haudh (Telaga Nabi di Syurga).”

Sabda Rasulullah SAW “ Jika dunia ini hanya tinggal sehari sahaja nescaya Allah akan bangkitkan seorang lelaki dari keluargaku yang akan memenuhinya dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi dengan kekejaman.” (HR Abu Dawud & At-Tarmidzi) Dari Ali bin Abi Thalib, sabda Rasulullah SAW : “Mahdi ialah dari kami ahlul-bait, Allah membawakan kebaikan dengannya pada satu malam.”

Wallahu A'lam

Sumber:

  1. https://banihasyim.wordpress.com/
  2. https://radarmojokerto.jawapos.com/
Dikabarkan oleh Tim Pengelola Informasi Desa Kemlagi