Sabtu, 19 Mei 2018

Bazar Ramadan Desa Kemlagi Tahun 2018

Suasana bazar di hari pertama Ramadan (foto by pak kades)
www.kemlagi.desa.id - Dalam rangka memeriahkan bulan suci Ramadan 1439 Hijriyah atau 2018 Masehi, TP PKK Desa Kemlagi mengadakan kegiatan yang bersifat pemberdayaan ekonomi keluarga dengan prasarana menyediakan payung atau tenda yang digunakan sebagai atap untuk berjualan aneka kebutuhan warga berlokasi di pelataran Balai Desa Kemlagi.

Kegiatan ini hadir selama bulan Ramadan mulai pukul 14.00 WIB sampai selesai, menyediakan sembako murah, aneka makanan dan kebutuhan keluarga. Bazar ini dilaksanakan di Balai Desa Kemlagi mulai hari Kamis, 17 Mei 2018

Aneka makanan dan kebutuhan juga tersedia di berbagai stand di pelataran Balai Desa Kemlagi, ada aneka es, sempol, aneka lauk-pauk, juga ada amplop angpau flannel aneka karakter juga  amplop astor.

Suasana bazar di hari pertama Ramadan (foto by pak kades)
Bazar yang dikomandani oleh Ketua TP PKK Desa Kemlagi, ibu drh. Nyta Apriantini juga memberikan kesempatan kepada masyarakat yg ingin menyumbang barang yang masih layak pakai/guna untuk diikutkan bazar dan uang hasil penjualan 100 % akan disumbangkan untuk taman baca Desa Kemlagi misalnya untuk penambahan buku bacaan, APE dll.

Bagi warga Desa kemlagi yang berminat mengisi stand penjualan atau berjualan dengan aneka produk, silahkan mendaftarkan diri ke ibu Ketua RT/RW atau ibu-ibu istri perangkat desa dan perangkat desa putri, sekaligus akan dapatkan info detail dan aturan stand, demikian tutur Ketua TP PKK Desa Kemlagi.

Dikabarkan oleh Tim Pengelola Informasi Desa Kemlagi

Jumat, 18 Mei 2018

Kembali, Kecamatan Kemlagi Juara I Festival Pawai Budaya Majapahit 2018

Penobatan Raden Wijaya (Kecamatan Kemlagi)
www.kemlagi.desa.id - Banjaran Majapahit menjadi tema kolosal pagelaran Festival Pawai Budaya Majapahit Bupati Cup, yang digelar dalam rangka Peringatan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto ke-725 Tahun 2018, Sabtu (12/5-2018) siang di area pelataran depan Museum Trowulan.

Diikuti ribuan peserta dari 18 kecamatan se-Kabupaten Mojokerto, festival yang memasuki tahun kedua ini menghadirkan suguhan penuh warna sejarah Majapahit. Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disparpora) Kabupaten Mojokerto sekaligus panitia pelaksana, Djoko Widjayanto, melaporkan beberapa hal penting terkait acara.

Penobatan Raden Wijaya (Kecamatan Kemlagi)
“Festival ini menampilkan perform para camat dan kades beserta timnya, memperagakan arak-arakan berlatar belakang sejarah Majapahit dengan tema utama yakni Banjaran Majapahit,” jabar Djoko.

Ragam sub tema yang dibawakan masing-masing 18 kecamatan antara lain Babat Tari yang mengisahkan Raden Wijaya menemukan buah maja (Kecamatan Jatirejo), Tuntut Balas Pasukan Cina (Kecamatan Sooko), Tahta Jayanegara (Kecamatan Jetis), Pemberontakan Dharma Putra (Kecamatan Kutorejo), Gajah Mada Sebagai Penyelamat (Kecamatan Ngoro), Gajah Mada Menumpas Pemberontakan (Kecamatan Trawas).

Penobatan Raden Wijaya (Kecamatan Kemlagi)
Sementara Lengsernya Prabu Jayanegara (Kecamatan Pungging), Siasat Penghianatan Ratanca (Kecamatan Dlanggu), Penobatan Tribuana Tungga Dewi Raja Majapahit ke-Tiga (Kecamatan Dawarblandong), Sumpah Gajah Mada Amukti Palapa (Kecamatan Gondang), Nusantara Bersatu (Kecamatan Puri), Perang Bubat (Kecamatan Gedeg), Tan Hana Dharma Mangrwa (Kecamatan Trowulan), Syekh Jumadil Kubro Masuk Majapahit (Kecamatan Pacet), Brawijaya Paras (Kecamatan Mojosari) Perang Paregreg (Kecamatan Bangsal), Reog Ponorogo (Kecamatan Mojoanyar) dan Penobatan Raden Wijaya (Kecamatan Kemlagi).

Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, dalam sambutannya menyatakan apresiasi dan dukungan terhadap kegiatan nguri-uri budaya.

“Festival Pawai Budaya Majapahit Bupati Cup, akan digelar tiap tahun sebagai agenda rutin Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Sarana dan prasarana akan terus kita support sebagai bentuk komitmen pelestarian warisan budaya. Kabupaten Mojokerto yang lekat dengan peninggalan sejarah Majapahit beserta semua keunikannya, menjadi alasan kuat kenapa kita mesti memperbanyak ruang kreatif dan event-event menarik semacam ini untuk mengawal tumbuh kembang tradisi dan budaya,” tuturnya.

Harapan ke depan yang disampaikan wakil bupati yakni agar event rutin ini bisa masuk kategori wisata budaya atau culture tourism.

“Semoga event ini makin besar dari tahun ke tahun, sehingga bisa masuk kategori culture tourism dalam kalender wisata nasional bahkan internasional,” tambahnya yang hadir didampingi istri sekaligus Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Mojokerto, Yayuk Pungkasiadi, Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto, Ismail Pribadi, Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto, Herry Suwito beserta istri, unsur Forkopimda serta Kepala OPD. 

Penobatan Raden Wijaya (Kecamatan Kemlagi)
Disparpora Kabupaten Mojokerto mengumumkan bahwa hasil Festival Pawai Budaya Majapahit dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Mojokerto ke 725 Tahun 2018, sebagai berikut (berdasarkan WAG Kecamatan Kemlagi):
  1. Juara I Kecamatan Kemlagi;
  2. Juara II Kecamatan Dlanggu;
  3. Juara III Kecamatan Sooko;
  4. Juara Harapan I Kecamatan Trawas;
  5. Juara Harapan II Kecamatan Pungging; dan
  6. Juara Harapan III Kecamatan Jatirejo
Sumber http://www.inilahmojokerto.com/

Perkembangan Penduduk Mojokerto Zaman Kolonial

ilustrasi
PRIBUMI DAN NON-PRI KOLONIAL
Perkembangan penduduk Mojokerto
www.kemlagi.desa.id - Pendataan penduduk sudah sejak dulu dilakukan. Pada jaman kerajaan Mataram jumlah penduduk atau cacah menjadi ukuran untuk menentukan batas wilayah. Karena itu ada istilah yang kita kenal dengan istilah penewon dan penatus sebagai sebuah kesatuan adminstrasi. Penewon adalah kelompok dengan jumlah penduduk sekitar 1000 orang dan penatus berjumlah 100-an jiwa. Maka penewon adalah kumpulan dari 10 penatus.

Pendataan penduduk di Jawa secara rigid pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Letnan Jendral Raffles pada tahun 1815. Diketahui pada waktu itu jumlah penduduk Mojokerto dan Surabaya ada 127.938. Mengapa penghitungan penduduk Mojokerto dijadikan satu dengan Surabaya ? Itu karena wilayah Mojokerto secara administratif digabungkan menjadi Karesidenan Surabaya. Mojokerto yang masih bernama Japan diambil dari Kerajaan Jogjakarta tahun 1811.

Tahun 1832 dilakukan pendataan lagi dan diketahui bila penduduk di Surabaya dan Mojokerto mengalami kenaikan siginifikan. Tercatat jumlah orang yang mendiami kawasan hilir kali Brantas itu mencapai 363.227 jiwa. Prosentase kanaikannya diatas 100 persen itu kemungkinan besar karena adanya ekaodus penduduk dari wilayah Vorstenlanden (kerajaan) setelah berakhirnya Perang Diponegoro tahun 1830.

Para prajurit Diponegoro meninggalkan daerah asalnya untuk menghindari penangkapan oleh para prajurit kerajaan. Pilihannya tentu keluar dari wilayah kerajaan tersebut. Salah satu basis pelarian memang ada di wilayah Surabaya dan Mojokerto yang secara administratif masuk dalam kekuasaan gubernemen Belanda. Aparat pemerintahan lokal tidak bisa mendeteksi kehadiran pendatang itu karena kebanyakan mereka membuang identitas lamanya.

Data jumlah penduduk Mojokerto secara terpisah tercatat pada tahun 1938. Total penduduknya sebesar 69.382 yang terdiri dari 68.951 orang pribumi (Jawa dan Madura), 370 orang China, 38 orang Eropa, 14 keturunan Arab/India, serta 9 orang berstatus budak. Ternyata setelah dipisahkan dari Surabaya, penduduk Mojokerto relatif sedikit. Pada tahun itu Surabaya didiami 361.698 orang.

Tahun 1845 diadadakan lagi pendataan demografi dengan lebih seksama oleh pemerintah kolonial. Pada saat itu wilayah Mojokerto hanya ada di daerah selatan kali Brantas. Kawasan utara kali yang dikenal sebagai wilayah Mojokasri masih ikut distrik Gunungkendeng dalam kakuasaan adminstrasi Surabaya. Mojokerto dibagi menjadi 4 distrik dengan luas sekitar 800 kilopal persegi. Keempat distrik itu adalah Mojokerto, Mojosari, Mojoagung dan Mojorejo. Kelak di tahun 1910 distrik Mojoagung dan Mojorejo menjadi Kabupaten Jombang.

Pada saat itu ada 938 Desa dan Kampung yang masuk dalam wikayah Kabupaten Mojokerto. Tanah yang ada diklasifikasikan menjadi dua yaitu tanah Gubernemen atau tanah negara dan tanah yang disewa oleh partikelir atau swasta. Tanah partikelir itu digunakan untuk kawasan perkebunan atau ondermening. Ada 4 onderneming di Mojokerto yaitu Sentanen di distrik Mojokerto, Ngoro (Mojoagung), Banjarjeder dan Sukawati (Mojorejo)

Distrik Mojokerto dengan luas 240 kilopal persegi dihuni oleh 36.888 orang jawa. Penduduk berkelamin pria sejumlah 10.147 orang, 10.832 perempuan, 7.756 anak laki-laki dan 8.153 anak perempuan. Dari jumlah total 36.888 itu, ada sebanyak 651 orang yang tinggal di tanah partikelir yang dikuasai oleh SF Sentanen Lor.

Distrik Mojosari luasnya 220 kilopal persegi berpenduduk 21.511 jiwa. Terdiri dari 5.578 pria, 5.753 perempuan, 4.840 anak laki-laki dan 5.340 anak perempuan. Seluruhnya tinggal di tanah negara karena tidak ada tanah yang disewakan pada pihak swasta.

Distrik Mojoagung seluas 180 kilopal persegi berpenduduk 16.817 orang dengan komposisi 4.093 pria, 5.365 perempuan, 4.245 anak laki-laki dan 3.114 anak perempuan. Sedangkan distrik Mojorejo luasnya 160 kilopal persegi dihuni oleh 12.995 orang terdiri dari 3492 pria 4401 wanita 2979 anak laki-lai serta 2123 anak perempuan.

Dengan data itu maka total penduduk Mojokerto berjumlah 88.211 orang. Jumlah itu maaih ditambah dengan orang non pribumi yang terdiri dari orang eropa sebanyak 103 orang dengan kategori 30 pria dewasa, 16 wanita serta 57 anak-anak. Etnis China berjumlah 713 orang (201 pria, 181wanita dan 331 anak-anak). Orang Arab/India hanya sebanyak 36 orang (11 pria 8 wanita dan 17 anak-anak).

Struktur demigrafi dapat dijadikan sebagai tolak ukur perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Bila memiliki banyak penduduk tentu akan semakin maju karena semua kegiatan dilakukan dengan tenaga manusia. Lahan yang tersedia dapat digarap maksimak dengan ketersediaan sumber daya manusia. Demikian pula dengan adanya orang asing non pribumi, terutama keturunan Eropa dan China juga menjadi parameter kemajuan tersebut.

Di karesidenan Surabaya penduduk asing paling banyak tentu ada di kabupaten Surabaya yang ditinggali oleh 2.352 orang Eropa dan 2.764 etnis China. Jumlah yang ada di Mojokerto ada di bawah Surabaya dimana Mojokerto ditinggali oleh 816 warga nonpribumi tersebut. Gresik memilii penduduk nonpri karurunan Eropa dan China sejumlah 767 orang, tetapi ada banyak orang arab/india yang berjumlah 1088 orang.

Jumlah etnis China dan juga Eropa di Mojokerto semakin meningkat seiring banyaknya pabrik gula. Pada sensus penduduk atau Volkstelling tahun 1930 etnis China sekitar 10 persen dari jumlah penduduk Mojokerto.

Selasa, 15 Mei 2018

Jokowi Minta Dana Desa Hanya Dibelanjakan di Desa

Presiden Joko Widodo
www.kemlagi.desa.id - Presiden Joko Widodo meminta anggaran dana desa dengan total Rp. 60 triliun yang dikucurkan ke seluruh desa di Indonesia, hanya dibelanjakan di wilayah desa yang bersangkutan.

Hal itu, karena program yang telah berjalan sejak 2015 itu memiliki tujuan untuk menggenjot perekonomian di masing-masing desa penerimanya.

"Dalam setiap proyek, misalnya buat jalan desa, embung desa, irigasi, kalau butuh pasir, beli pasir lokal desa itu kalau ada. Kalau tidak ada, ke lingkup kecamatan. Perlu batu, cari dari lingkungan desa itu," ujar Jokowi dalam Rakornas Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pusat, dan Daerah di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Senin 14 Mei 2018.

Menurut Jokowi, dana yang sejak 2015 telah dikucurkan sebesar Rp187 triliun, tidak seharusnya malah mendorong perekonomian di luar desa. "Yang dulu-dulu, adanya uang di daerah tersedot ke Jakarta," ujarnya.

Selain itu, Jokowi juga meminta para kepala desa supaya hanya memberdayakan sumber daya manusia (SDM) desa itu sebagai pekerja dari program yang digulirkan menggunakan dana desa. Dengan demikian, salah satu program unggulan Jokowi-JK itu juga bisa membuka lapangan kerja yang luas di seluruh Indonesia.

"Bayangkan bila satu desa, yang bekerja 100 orang. Berarti (dana desa), sudah membuka lapangan kerja untuk tujuh juta orang," ujar Jokowi.